Sebelum kami melanjutkan bantahan kami
terhadap kebohongan-kebohongan murahan yang mereka lakukan, hal pertama yang
harus kami tegaskan dengan sangat bangga adalah mengenai kebenaran sejarah dan
hakikat syariat yang memenuhi jagat raya ini, bahkan alam semesta tidak cukup
untuk memuat keduanya, yang kami maksud dengan kenyataan sejarah dan kewajiban
syariah yang takterbantahkan adalah adanya jihad (berjuang di jalan Allah).
Iya, agama kita datang membawa perintah
untuk berjihad, para pendahulu kita benar-benar melaksanakan perintah ini. Mereka
berperang, tapi perang mereka murni di jalan Allah, sebagaimana firman Allah: sehingga
tidak ada fitnah lagi dan sehingga ketaatan itu semata-mata hanya untuk Allah
(Qs. Al-Baqarah: 193). Dan sebagaimana sabda Nabi As: Agar agama Allah
menjadi agama yang paling tinggi.
Dan ini yang menjadi sumber kebanggaan
kita.
Kami tidak bangga hanya karena nenek
moyang kita berperang dan menang. Sudah berapa kaum yang berperang dan menang,
baik di zaman dulu atau di zaman sekarang, dan sudah berapa peperangan yang
terjadi dalam sejarah, baik dulu maupun sekarang, bahkan binatang liar yang
sangat berbahaya juga saling membunuh di dalam hutan, ratu semut pun saling
membunuh. Perang sendiri meski sampai diakhiri dengan kemenangan besar tidak
lantas bisa dijadikan suatu kebanggan, kecuali menurut orang yang tidak
beragama.
Yang kami banggakan adalah bahwa hanya
kitalah umat Islam yang sejak empat belas abad lalu bahkan lebih, yang
berperang demi meninggikan agama Allah, jika tujuan dari berperangnya seperti
ini, maka perang itu menjadi perang yang mulia, dan perang yang dilakukan umat
kita memang demikian. Sampai ada salah seorang penyair yang mengatakan, “Sesungguhnya
pedang umat Islam itu sopan”. Iya, demi Allah, sesungguhnya pedang umat kita
sangat sopan, sopan seperti apa? Diantara bentuk kesopanannya adalah bahwa ia menebas
orang-orang zalim yang diktator agar berhenti berbuat semena-mena dan menzalimi
orang-orang yang lemah, dan yang sering terjadi orang-orang lemah yang ditolong
bukan orang-orang Islam, bahkan mereka merupakan orang-orang yang ingkar
terhadap kenabian Nabi Muhammad dan termasuk orang yang menolak agama Islam.
Benar apa yang dikatakan Ruba’i bin
Amir yang menjawab pertanyaan Rustum panglima perang pasukan Persia yang
bertanya kepadanya, “Apa yang membuat kalian datang ke negara kami?” Ruba’i
menjawab, “Sesungguhnya Allah mengutus kami untuk membebaskan siapa saja yang
mau, dari menyembah manusia menjadi penyembah Pencipta manusia, membebaskan
mereka dari agama yang salah ke agama yang benar, dan dari kesempitan dunia
menuju keluasan akhirat”.
Orang-orang Kristen
Mesir termasuk golongan yang lemah sampai datang umat kita di bawah pimpinan
panglima agung Amru bin Ash Ra yang membebaskan mereka dari kungkungan (agama
yang jahat menuju keadilan Islam). Semua tahu penindasan mengerikan yang
dilakukan orang-orang Romawi terhadap penganut Kristen Koptik di Mesir yang memaksa
mereka mengubah madzhab Gereja mereka. Hal ini diakui oleh Uskup tinggi Gereja Koptik
yang sekarang, dia memberikan pernyataan pada tanggal dua puluh satu bulan
Oktober tahun seribu Sembilan ratus Sembilan puluh delapan, bertepatan dengan
dua puluh tujuh tahun kepausannya, dia menyatakan, “Penaklukan yang dilakukan
orang-orang Islam di Mesir merupakan awal fase aman yang dirasakan orang-orang
Koptik dan akhir dari masa penindasan atas nama agama yang dialami mereka di
bawah kekuasaan Romawi dan yang lainnya”. Gereja ortodok mereka termasuk yang
disebutkan dalam firman Allah Swt: dan sekiranya Allah tiada menolak
keganasan sebagian manusia terhadap sebagian yang lain, tentulah telah
dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah orang Yahudi
dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah (Qs. Al-Hajj:
40). Menurut salah satu dari dua penafsiran, dan diantara kesopanan pedang umat
Islam adalah ia melindungi masjid-masjid yang digunakan untuk beribadah kepada
Allah, dan untuk menjaga gereja-gereja tempat ibadah orang-orang ahli zimmah
(ahli kitab yang mendapat jaminan keamanan dari pemerintah Islam), bukan karena
isi keyakinan mereka dan bacaan ibadah mereka disukai Allah, tapi karena mereka
menjadi orang yang keamanannya berada di bawah kekuasaan kita dan kita wajib
menjaga dan melindungi mereka.
Diantara kesopanan pedang Islam adalah
tidak mau dan tidak boleh membunuh perempuan, anak-anak kecil, orang-orang
sakit, orang-orang yang lemah, orang-orang yang sudah tua dan tidak mampu
berperang. Bahkan dilarang membunuh para pendeta yang menghabiskan hidup mereka
hanya untuk beribadah di tempat-tempat ibadah mereka. Dalam kitab Sunan Abu
Daud disebutkan bahwa Rasulullah mengutus salah seorang sahabat seraya
bersabda, “Katakan pada Khalid: jangan membunuh perempuan dan para buruh (pekerja
bayaran)”.
Diriwayatkan dari Anas bin Malik Ra
bahwa ketika Rasulullah Saw mengirim pasukan, beliau bersabda, “Berangkatlah
kalian dengan menyebut nama Allah, dan jangan membunuh orang tua yang sudah
tidak berdaya, jangan membunuh anak kecil, jangan membunuh perempuan dan jangan
melampaui batas”.
Diriwayatkan dari Samurah bin Jundab
yang menyatakan, Rasulullah bersabda, “Bunuhlah orang-orang dewasa mereka
dan berlomba-lombalah kalian membunuh yang muda-muda”.
Imam Malik mengatakan, “Orang-orang
yang buta, orang-orang yang cacat dan para ahli ibadah yang berada di tempat
ibadahnya tidak boleh dibunuh”. Maksud dari Hadis di atas kita boleh membunuh
orang-orang yang ikut berperang dan tidak boleh membunuh anak kecil, dan
maksudnya bukan untuk membunuh orang-orang tua yang sudah tidak berdaya,
bagaimana itu bisa terjadi, padahal Rasulullah telah melarang hal itu?
Diantara kesopana pedang Islam adalah
ia tidak boleh keluar dari sarungnya, kecuali setelah sampai ajakan kepada
mereka dan memberi pilihan kepada mereka, jika mereka termasuk ahli kitab maka
setelah diberi tawaran tadi, mereka diberi pilihan lain yaitu memilih jalan
damai dengan cara minta jaminan keamanan dan membuat perjanjian dengan orang-orang
Islam. Tapi jika mereka masih tetap menolak dan menentang, maka dipersilahkan
untuk menghunus pedang dan kita juga akan menghunus pedang.
Memang benar, orang-orang Islam telah
berperang di jalan Allah selama empat belas abad atau bahkan lebih. Pedang kita
terhunus dari sarungnya, tapi ini juga berhadapan dengan pedang musuh yang juga
terhunus dari sarungnya. Pedang kita bertemu dengan pedang mereka, ini bukan
aib dan bukan cela bagi kita, justeru ini merupakan aib dan kehinaan bagi
musuh-musuh kita yang meninggalkan medan pertempuran dan menyusup untuk
membunuh para perempuan, menyembelih anak-anak kecil dan merampas harta benda,
sedangkan kita tidak pernah melakukan hal itu dan tangan-tangan kita masih
tetap bersih dan suci, tidak berlumuran tipu daya dan pengkhianatan serta tidak
berbuat hina dan rendah, seperti apa yang dinukil oleh sejarah tentang
perbuatan orang-orang Kristen di Spanyol, orang-orang Kristen pada perang Salib
di Baitul Maqdis dan seperti yang dilakukan orang-orang Serbia di Bosnia dan Harsik
yang tidak bisa dipungkiri oleh siapa pun.
Di antara kesopanan pedang umat Islam
bahwa ia tidak akan membunuh orang yang sudah diberi jaminan oleh orang Islam,
siapa pun dia. Karena kita tidak boleh berkhianat, ini merupakan karakter kita
dan karakter Rasulullah Muhammad Saw yang ditegaskan oleh Abu Sufyan bin Harb
sebelum dia masuk Islam, saat ditanya oleh Herkules (Harqal) dengan pertanyaan
yang sudah sangat masyhur mengenai Rasulullah Saw. Diantaranya: “Apakah dia
berkhianat?” Abu Sufyan menjawab, “Tidak”. Herkules berkata, “Demikianlah, para
utusan tidak pernah berkhianat”. Kemudian pada akhir dialognya Herkules memberi
pernyataan tentang Rasulullah Saw, “Saya tahu bahwa dia adalah seorang utusan,
meski saya tidak tahu bahwa dia dari golongan kalian, seandainya saya bisa
menjadi pengikutnya saya akan berusaha sekuat tenaga untuk menemuinya, dan jika
saya berada di sisinya niscaya saya akan membasuh kedua kakinya”.
Yang termasuk kesopanan pedang umat
Islam adalah bahwa ketika kita mengadakan perjanjian dengan suatu kaum, kita
sangat hati-hati agar tidak mengingkari perjanjian tersebut. Mengkhianati
mereka dan tidak memulai perang dengan mereka, kita tahu hal itu dari ciri-ciri
dan tanda-tandanya. Kita tidak boleh memerangi mereka sebelum kita memberi tahu
mereka terlebih dahulu bahwa kita mau menyerang mereka, agar mereka
bersiap-siap. Allah Swt berfirman: dan jika kamu khawatir akan terjadinya
pengkhianatan dari suatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada
mereka dengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berkhianat (Qs. Al-Anfal: 58). Yakni sampai kamu dan mereka sama-sama
tahu bahwa perjanjian telah dilanggar. Para ahli fikih sampai berkata, “Jika
pagar pelindung mereka roboh dan rusak, kita tidak boleh memerangi mereka
sampai mereka selesai membangun kembali pagar tersebut”.
Iya benar, bahwa kita berperang di
jalan Allah selama empat belas abad lebih, dan kita bangga bahwa hanya kita
saja yang dalam kurun waktu sepanjang ini yang berperang di (jalan Allah) dan
untuk (menjadikan agama Allah yang paling tinggi). Maka siapa pun tidak boleh
mengatakan bahwa kita berperang untuk menindas dan membasmi makhluk hidup.
Tidak… Karena jika mereka memerangi kami, kami akan perangi mereka, jika mereka
membawa pedang kepada kami, kami akan membawa pedang kepada mereka, dan hal
seperti ini sama sekali tidak termasuk kezaliman atau penindasan. Yang termasuk
kezaliman, penindasan, pembantaian dan perusakan adalah apa yang dilakukan
orang lain yang insyaallah akan kami jelaskan setelah ini.
Robet Stone menyebutkan dalam bukunya,
“Hanya umat Islam saja yang memiliki semangat juang sangat tinggi demi agamanya
dan memiliki jiwa toleransi terhadap agama-agama lain, meski mereka memiliki
militansi dan perinsip sangat kuat untuk menyebarkan agama mereka, tapi mereka
tidak mengganggu orang yang ingin tetap mengamalkan ajaran agama mereka”.
Pengarang buku “Perang Salib dan Timur
Tengah” mengatakan, “Hanya saja, umat Islam memiliki karakter khusus dalam tata
cara perang mereka yang tidak pernah ada sebelumnya, dan yang menggelikan sikap
toleransi mereka justeru menjadi bumerang bagi mereka, sehingga mereka dituduh
pengecut gara-gara kasih sayang mereka terhadap orang-orang lemah yang tidak
ikut berperang”.
Dan sekarang mari kita buka lembaran
sejarah, sejarah kemanusian sejak terpancarnya cahaya Islam, sampai pada zaman
kita sekarang ini.