Dr.
Jamal Fauzi menyebutkan dalam bukunya “Orang-orang Islam di Kaukus dan Balkan”
dengan judul Bencara Kosovo: pasukan Serbia buru-buru membersihkan Kosovo dari
mayoritas orang-orang Albania, sehingga bisa benar-benar bersih dari sejarah
dan ciri khas Arab yang suci menurut mereka. Hal ini yang mereka jadikan alasan
permintaan mereka untuk disatukan dengan Serbia. Oleh sebab itu pemerintah
Serbia memaksa orang-orang Islam Albania yang berjumlah 95% dan Katolik yang
berjumlah 5% waktu itu untuk memeluk agama Kristen Ortodok, agar peleburan
mereka dalam satu kesatuan dengan Serbia yang menganut agama Ortodok menjadi
mudah, sebagaimana pemerintahan itu menakut-nakuti dan memaksa mereka untuk
hijrah ke Albania atau ke Turki.
Kemudian
Dr. Jamal mengalihkan pembicaraan seraya berkata: yang lebih mengherankan lagi,
sebagian orang, termasuk media-media kita tetap menganggap hal ini sebagai
perang antar ras dan bukan masalah agama (maksudnya perang di Kosovo), lantas
akan kita sebut apa penyembelihan terhadap umat Islam, dan hanya terhadap umat
Islam saja dengan menggunakan pisau, memutilasi mayat-mayat mereka setelah
mereka tidak bernyawa dan memberi gambar salib Ortodok pada jasad mereka jika
ini tidak disebut perang melawan agama? Dan dengan apa kita akan menyebut
pemerkosaan terhadap perempuan-perempuan muslimah dan hanya muslimah saja,
mengiris payudara mereka dan membelah perut mereka sebagai ujicoba janin jika
hal ini tidak disebut perang salib?!
Wahai umat yang benar,
hari ini bukan waktu untuk bergembira sedang para orang tua dan anak-anak
disembelih seperti kambing.
Di seluruh penjuru
dunia umat Islam disembelih sedangkan kita masih dalam permainan, dosa dan kezaliman.
Ini
merupakan penindasan yang dilakukan orang-orang salib terhadap kaum muslim,
lantas apa yang diperbuat orang-orang Yahudi terhadap mereka?
Sebenarnya
mereka tidak kalah kejam, tidak kalah semena-mena dan tidak kalah keji. Sejarah
mereka di Palestina, bagaimana pengusiran mereka terhadap rakyat Palestina
secara keseluruhan dan pembantaian mereka terhadap puluhan ribu rakyat
Palestina demi mengosongkan negara tersebut untuk kepentingan orang-orang
Yahudi, sebagaimana terjadi dalam peristiwa pembantaian (Dir Yasin) dan yang
lainnya. Ini merupakan bukti nyata atas apa yang kami sebutkan, tapi kami tidak
akan menyinggung peristiwa ini, kita akan langsung membahas pembantaian Shabra
dan Syatila yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi dan sekutu mereka di
Libanon, ketika terjadi serbuan Israel terhadap Libanon pada tahun 1982 M.
Saat
sebagian pasukan Yahudi mengepung pasukan dari luar yang sedang berkemah,
setelah mereka melihat dan menguasai situasi, sebagian pasukan yang lain
bersama sekutunya masuk untuk menghabiskan lima ribu orang dalam satu kali
serangan, mereka semua adalah penduduk yang tinggal di perkemahan tanpa terkecuali
antara laki-laki dan perempuan, pemuda dan orang tua, dan antara anak-anak yang
masih menyusui dengan anak-anak kecil lainnya, semuanya habis dibasmi dengan
cara yang sangat keji, bahkan lebih keji dari binatang, peristiwa ini terjadi
pada tanggal 14 September, tahun 1982. Mari kita dengarkan kesaksian salah
seorang penduduk pemukiman tersebut, yang sekaligus menjadi sebagian kecil
saksi mata peristiwa tersebut yang masih hidup, dia bernama Hamad Syamsh, usia
38 tahun, dalam kesaksiannya dia mengatakan: pada Ashar di hari kelabu itu,
musuh yang pengecut itu muncul dari gang-gang dari segenap penjuru, manusia
bangsat berdiri di atas bangunan ini, dia melambai-lambaikan tangannya menunjuk
ke arah bangunan seberang ke pintu masuk pemukiman Shabra dan Syatila, pasukan
bersenjata mengumpulkan semua penduduk, baik yang tua, anak-anak kecil, para
wanita dan laki-laki di jalan raya,
mereka disuruh rukuk dan mereka pun rukuk, dan orang yang tidak
mendapatkan tempat berdiri dengan wajah berada di dinding bangunan yang ada di
depannya. Hamad menambahkan, kejadian terakhir sebelum dimulai pesta
pembantaian adalah ketika tetangga kami (Abu Marhuf) memegang tas yang berisi
uang sebanyak 500 Lira. Dia memohon kepada orang bersenjata yang menyita
uangnya agar dibagi dua, karena dia tidak memiliki harta lagi selain itu,
sebelum manusia bangsat itu menjawab, peluru mulai ditembakkan secara membabi
buta. Dalam sekejap mata, ribuan korban jatuh bergelimpangan berlumuran darah,
pembantaian ini diulang lagi untuk memastikan bahwa semua yang ada di tempat
itu telah mati, kemudian mereka memindah semua korban, yang lebih mengerikan
mereka menyembelih orang-orang yang sedang sekarat dan memecahkan kepala-kepala
mereka dengan kapak baja, hingga tempat itu menjelma menjadi tempat
penyembelihan.
Ketika
mereka memulai melepaskan tembakan, saya melemparkan diri saya ke tanah di atas
tubuh ayah dan saudara saya, pada serangan pertama mereka tidak bisa menemukan
saya, tapi pada serangan kedua, mereka kembali melepaskan tembakan kepada semua
orang satu persatu, saya mendapat tujuh kali tembakan, Allah menyelamatkan saya
dengan jatuhnya jasad korban lain di atas tubuh saya yang kemudian menjadi
penghalang tanpa memastikan apakah saya sudah mati atau belum. Saya
berpura-pura mati, ketika mereka berdiri di atas kepala saya, saya menahan
nafas dan tidak bergerak selama hampir sepuluh menit. Mereka menendang setiap
kepala dan tubuh anak-anak serta para wanita dengan sepatu mereka secara keji
dan kasar, mereka membunuh apa saja yang hidup. Barangkali saya kehilangan
kesadaran beberapa saat dan beratnya jasad mayat-mayat yang bergelimpangan di
atas tubuh saya yang membuat saya tidak bisa keluar dengan mudah. Salah seorang
manusia bangsat itu melihat dari kejauhan dengan menggunakan keker dan saya
melihat itu dengan mata kepala saya sendiri.
Pada
hari ketiga dari pembantaian saya mulai bisa bergerak setelah saya singkirkan
mayat ayah dan saudara saya, saya pun merayap diantara ribuan mayat untuk
meminta pertolongan. Mayat-mayat itu sudah membengkak dan tidak ada jalan lain
bagi saya kecuali lewat di atasnya, saya masih ingat betul ketika tangan saya
menyentuh jasad salah seorang dari mereka, kulit mereka mengelupas dan nemenpel
di kulit saya.
Saksi
mata yang lain, Ummu Ibrahim mengatakan:
Mereka
semua telanjang seperti biri-biri yang disembelih di jalanan, darah mengalir
dimana-mana, orang-orang dewasa, anak-anak kecil dan para orang tua ditumpuk
dalam tumpukan daging manusia, sebagian mereka disembelih dari pembuluh
darah-pembuluh darahnya, sebagian yang lain terpotong-potong, kepala dan badan
terpisah, sehingga kami tidak bisa lagi mengenali anak-anak kami, seperti
ketika anda sedang berada di tempat jagal.
Waba’du.. ini merupakan gambaran singkat
mengenai penindasan yang terjadi terhadap kaum muslim, gambaran nyata yang
benar-benar terjadi dalam sejarah, yang telah kami cek dari sumber-sumbernya,
bukan untuk membenarkan mengganggu ahli kitab atau merampas hak-hak mereka,
tapi untuk membela kaum muslim dari kebohongan-kebohongan yang dilontarkan pihak-pihak
yang tidak bertanggung jawab kepada kaum muslim. Justeru sebaliknya, kaum
muslimlah yang mendapat penindasan dari ahli kitab, dengan cara menjelaskan
perbedaan ketika pasukan Islam yang menguasai suatu penduduk yang memiliki
agama lain, sebagaimana yang terjadi di Mesir dan di Baitul Maqdis, dan ketika
penganut agama lain yang menguasai umat Islam, seperti yang terjadi di Kaukus
dan Balkan.
Sedangkan
mengenai penindasan yang dilakukan umat Kristen Romawi terhadap umat Kristen
Mesir sebelum penaklukan Islam, mereka lebih tahu mengenai hal itu, ini tidak
perlu dibahas terlalu lama, kita cukup mengutip apa yang disebutkan oleh pihak
keuskupan bahwa: penaklukan Islam terhadap Mesir merupakan awal mula rasa aman
bagi penganut agama Kristen Koptik dan akhir dari masa penindasan atas nama
agama yang mereka terima pada masa pemerintahan Romawi dan yang lainnya.
Kita
juga tidak akan berbicara mengenai penindasan yang dilakukan umat Katolik
terhadap umat Protestan dan revolusi Protestan, juga tidak akan berbicara
keputusan menyisir setiap gereja yang terjadi di Eropa pada abad pertengahan.
Kita juga tidak akan membahas pembantaian yang dilakukan pasukan Serbia yang
menganut agama Kristen Ortodok terhadap penduduk Kroasia yang menganut Katolik
di Balkan, juga tidak akan menyinggung perang yang terjadi antara Kristen
Protestan dengan Kristen Katolik di Irlandia Utara yang terjadi sampai pada
masa kita sekarang ini.
Berbagai
peristiwa ini tidak ada sangkut pautnya dengan kaum muslim mengenai apa yang
terjadi terhadap umat Kristen walau hanya sedikit, sedangkan apa yang sebagian
dari mereka lakukan terhadap sebagian yang lain sudah tidak perlu dijelaskan
lagi, kemudian setelah itu sekarang datang orang yang mengatakan bahwa kaum
muslim menindas orang-orang Kristen Koptik: mereka tidak mengatakan kecuali
kebohongan (Qs. Al-Kahfi: 5).