Selasa, 30 Juli 2013

Kerja sama dalam bisnis dan akad mudharabah dengan mereka




Rasulullah Saw mengikutsertakan orang Yahudi dalam proyek pertanian di Khaibar, Ishaq bin Ibrahim berkata: saya mendengar Abdullah ditanya tentang seorang yang berkerja sama dengan orang Yahudi dan orang Kristen. Dia menjawab: boleh mengikutsertakan mereka tapi yang mengurus jual beli tetap orang Islam, karena mereka membolehkan transaksi secara riba. Kemudian Abu Abdullah membaca:  Yang demikian itu karena mereka mengatakan: tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang ummi (orang-orang Arab). Mereka berkata dusta kepada Allah, padahal mereka mengetahui (Qs. Ali Imran: 75).

Iyas bin Mu’awiyah berkata: jika seorang muslim mengikutsertakan orang Yahudi atau Kristen, dan urusan keuangan di tangan si muslim dalam hal jual beli, maka hukumnya boleh, dan masalah keuangan ini tidak boleh diserahkan kepada orang Yahudi atau Kristen karena mereka terbiasa bertransaksi dengan cara riba.

Selasa, 16 Juli 2013

Perintah Al-Quran, Sunnah dan Syariat yang bijaksana yang harus kita laksanakan

1.      Mempercayai para Nabi mereka dan menghormati para pendahulu mereka yang beriman..
            Diantara salah satu rukun iman dalam agama kita sebagai umat Islam adalah mempercayai semua utusan, sebagaimana firman Allah Swt: akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, para nabi (Qs. Al-Baqarah: 177). Dalam Hadis shahih juga diterangkan ketika Jibril bertanya kepada Rasulullah Saw tentang iman, dan beliau menjawab: kamu harus percaya kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, utusan-tutusan-Nya, hari akhir (kiamat) dan harus percaya terhadap ketentuan-ketentuan Allah yang baik maupun yang buruk. Dan barang siapa yang tidak percaya kepada salah seorang utusan Allah maka dia telah kafir dan keluar dari agama Islam, sebagaimana firman Allah Swt: sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya dan bermaksud membedakan antara keimanan kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dengan mengatakan: kami beriman terhadap yang sebagian dan kami kufur terhadap sebagian yang lain, serta bermaksud dengan perkataan itu mengambil jalan tengah diantara yang demikian (iman dan kafir). Merekalah orang-orang kafir yang sebenarnya (Qs. An-Nisa’: 150-151).
            Tidak sempurna iman seorang muslim sampai dia beriman kepada Musa bin Imran, kepada Isa bin Maryam dan kepada para utusan-utusan lain selain keduanya, dari para Nabi bani Israel, yang diantara mereka adalah Yusuf, Zakariya, Yahya, Daud, Sulaiman dan para Nabi yang lain, kemudian beriman dengan apa yang mereka bawa dari Allah terhadap umat mereka, sebelum diubah dan diganti oleh tangan-tangan para pembelot. Kita juga harus beriman bahwa Musa dan Isa termasuk Nabi-nabi ulul azmi yang disebutkan dalam firman Allah Swt: dan ingatlah ketika Kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu sendiri, dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putera Maryam (Qs. Al-Ahzab: 7). Al-Quran juga memuji dan menyebutkan keutamaan-keutamaan Nabi Musa dan Nabi Isa yang diketahui baik oleh para intelektual maupun orang-orang awam, bahkan dalam Al-Quran ada surat yang bernama surat Maryam yang berisi tentang pujian kepada beliau dan penghormatan kepada beliau yang sebenarnya tidak semua orang bisa mendapatkan keistimewaan seperti ini. Demikian juga dengan sanjungan atau pujian kepada anaknya Isa puteranya, seorang hamba sekaligus utusan Allah. Surat itu pula yang dibacakan Abdullah bin Abi Thalib kepada Raja Najasyi, raja Habasyah yang beragama Kristen dan bersikap adil terhadap rakyatnya, raja tersebut menangis sampai air matanya membasahi jenggotnya, dia bersumpah bahwa Isa tidak menambah sesuatu pun sebagaimana yang terdapat dalam surat tersebut, sehingga para pendeta yang ada di sampingnya mendengus marah atas hal ini, karena mereka berkata bahwa Isa adalah anak Allah, maka Raja Najasyi berteriak kepada para pendeta itu: awas jika kalian mendengus…, awas jika kalian mendengus…, awas jika kalian mendengus, lalu dia menyambut dan memuliakan para sahabat Nabi Saw, membebaskan mereka tinggal di negerinya, menjaga mereka dan menolak menyerahkan mereka kepada utusan Quraisy yang datang ke sana untuk meminta agar dia mengembalikan mereka.
            Allah berfirman mengenai Raja Najasyi: sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: sesungguhnya kami ini orang Kristen. Yang demikian itu disebabkan karena diantara mereka itu (orang-orang Kristen) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, juga karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri (Qs. Al-Maidah: 82). Ketika Raja Najasyi meninggal dunia, Nabi berbela sungkawa dan menyampaikan hal itu kepada para sahabat, lalu beliau melakukan shalat ghaib di Madinah karena raja tersebut mati dalam keadaan Islam. Sedangkan di Habasyah tidak ada seorang pun yang menyalatinya karena mereka semua masih memeluk agama Kristen dan para sahabat Rasulullah yang pernah hijrah ke sana telah kembali ke Madinah sebelum itu.
            Sungguh ini semua sangat berbeda dengan apa yang dikatakan oleh orang-orang Yahudi (musuh Allah dan para rasul-Nya) tentang Isa bin Maryam dan ibunya, dan sungguh sangat berbeda ini semua dengan apa yang dilakukan orang-orang Yahudi terhadap puluhan bahkan ratusan rasul, sebagaimana firman Allah: apakah setiap datang kepada kalian seorang rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginan kalian, lalu kalian angkuh, maka beberapa orang diantara mereka kalian dustakan dan beberapa orang yang lain kalian bunuh (Qs. Al-Baqarah: 87). Bahkan bagaimana dengan kita umat Islam dan para ahli kitab di zaman sekarang ini, padahal kita tidak masuk ke agama dan keyakinan mereka yang telah diubah hanya karena tidak percaya terhadap Nabi Muhammad Saw dan keyakinan bahwa Al-Quran adalah sabdanya dan bukan dari Allah Swt sebagaimana yang dikatakan oleh orang-orang yang zalim dan sombong? Nabi kita sendiri mengajarkan kita bahwa kitalah yang lebih berhak terhadap Nabi Musa dan Isa daripada para ahli kitab, sebagaimana dijelaskan dalam Hadis bahwa ketika Nabi sampai di Madinah beliau mendengar bahwa mereka sedang puasa pada tanggal sepuluh Muharram (Asyura), beliau bertanya tentang hal itu dan mereka memberi tahunya bahwa hari itu adalah hari dimana Allah menyelamatkan Nabi Musa dari pasukan Fir’aun musuh Allah. Nabi kemudian bersabda: kita lebih berhak atas Nabi Musa As daripada mereka, lalu Nabi berpuasa pada hari itu dan para sahabat juga mengikuti beliau, setelah itu beliau memberi tahu jika saja beliau hidup sampai tahun berikutnya beliau akan berpuasa lebih (tanggal 9 Muharram).
            Bahkan Nabi Saw kita tidak mau ada orang yang lebih mengutamakannya daripada Nabi Musa. Dalam Hadis shahih yang diriwayatkan dari Abu Hurairah Ra yang mengatakan: ada seorang mukmin dan seorang Yahudi yang saling menghina, orang mukmin berkata: demi Dzat yang memilih Muhammad Saw atas semua penduduk dunia (salah satu jenis sumpah yang diucapkannya), kemudian orang Yahudi membalasanya: demi Dzat yang memilih Musa atas semua penduduk bumi. Mendengar itu orang mukmin tadi mengangkat tangannya dan menempeleng si Yahudi. Orang Yahudi tersebut mengadukan hal itu kepada Rasulullah dan Rasulullah Saw bersabda: jangan mengutamakan saya dari Musa, karena ketika semua manusia jatuh pingsan (pada hari kiamat) sayalah orang pertama yang dibangkitkan, tapi saya melihat Musa berdiri tegak di samping Arsy, saya tidak tahu apakah dia juga jatuh pingsan dan dibangkitkan sebelum saya atau termasuk orang yang dikecualikan oleh Allah.

            Ulama berkata: Rasulullah Saw mengatakan itu karena tawadhu’, sebab kalau tidak, beliau sudah tahu jika beliau merupakan manusia terbaik, sebagaimana disebutkan dalam Hadis shahih: saya merupakan pemimpin (manusia terbaik) bani Adam pada hari kiamat. Tapi Nabi Saw mencegah seseorang lebih mengutamakan siapa pun atas Nabi Musa agar tidak ada orang yang lancang apalagi sampai mengurangi posisi Nabi Musa As. Sedangkan kita dengan rasa iman kita terhadap Nabi Musa dan Nabi Isa serta para nabi yang lain, kita tidak berlebihan dalam hal itu. Kita juga tidak sampai memposisikan salah seorang dari mereka sebagai Tuhan atau anak Tuhan atau sekutu Tuhan, kita mengikuti para sahabat Nabi yang mulia dan orang-orang mukmin klasik yang tidak kufur dan tidak syirik terhadap Allah. Kita semua mencintai mereka dan memuji mereka. Dalam Al-Quran sendiri disebutkan tentang keutamaan mereka sebagaimana firman Allah tentang sahabat-sahabat Isa: maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani Israel) berkatalah dia: Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk menegakkan agama Allah? Para sahabat-sahabat setia menjawab: kamilah penolong-penolong agama Allah (Qs. Ali Imran: 52). Bahkan dalam Al-Quran dan sunnah disebutkan untuk mengabadikan golongan ahli kitab yang beriman (mereka adalah orang-orang Kristen) dan tidak menyebut sahabat-sahabat Isa as dan para pengikut sedianya, mereka adalah sekolompok orang-orang beriman yang dibunuh oleh salah seorang raja kafir dalam kisah yang sangat menyedihkan yang diceritakan oleh Rasulul Saw. Allah menyebut mereka dalam surat al-Buruj, memuji dan memuliakan mereka dengan pujian dan kemuliaan yang terbaik, serta menghina orang-orang yang mengancam dan membunuh mereka, menjadikan kisah mereka sebagai penghibur bagi orang-orang beriman yang ada di Mekah atas siksaan, penindasan yang menimpa mereka yang dilakukan oleh orang-orang kafir dan para diktator mereka, kisah mereka ini akan terus dibaca sampai hari kiamat yang akan diambil sebagai pelajaran oleh orang-orang mukmin. Dalam Hadis juga disebutkan tentang kisah dan keutamaan orang-orang Kristen yang shaleh, jika dibandingkan, dimana ini semua dari apa yang dikatakan para ahli kitab tentang para sahabat Nabi Muhammad Saw dan orang-orang Islam yang saleh?

Rabu, 10 Juli 2013

Tragedi Terjadi lagi di Kosovo


Dr. Jamal Fauzi menyebutkan dalam bukunya “Orang-orang Islam di Kaukus dan Balkan” dengan judul Bencara Kosovo: pasukan Serbia buru-buru membersihkan Kosovo dari mayoritas orang-orang Albania, sehingga bisa benar-benar bersih dari sejarah dan ciri khas Arab yang suci menurut mereka. Hal ini yang mereka jadikan alasan permintaan mereka untuk disatukan dengan Serbia. Oleh sebab itu pemerintah Serbia memaksa orang-orang Islam Albania yang berjumlah 95% dan Katolik yang berjumlah 5% waktu itu untuk memeluk agama Kristen Ortodok, agar peleburan mereka dalam satu kesatuan dengan Serbia yang menganut agama Ortodok menjadi mudah, sebagaimana pemerintahan itu menakut-nakuti dan memaksa mereka untuk hijrah ke Albania atau ke Turki.
Kemudian Dr. Jamal mengalihkan pembicaraan seraya berkata: yang lebih mengherankan lagi, sebagian orang, termasuk media-media kita tetap menganggap hal ini sebagai perang antar ras dan bukan masalah agama (maksudnya perang di Kosovo), lantas akan kita sebut apa penyembelihan terhadap umat Islam, dan hanya terhadap umat Islam saja dengan menggunakan pisau, memutilasi mayat-mayat mereka setelah mereka tidak bernyawa dan memberi gambar salib Ortodok pada jasad mereka jika ini tidak disebut perang melawan agama? Dan dengan apa kita akan menyebut pemerkosaan terhadap perempuan-perempuan muslimah dan hanya muslimah saja, mengiris payudara mereka dan membelah perut mereka sebagai ujicoba janin jika hal ini tidak disebut perang salib?!
Wahai umat yang benar, hari ini bukan waktu untuk bergembira sedang para orang tua dan anak-anak disembelih seperti kambing.
Di seluruh penjuru dunia umat Islam disembelih sedangkan kita masih dalam permainan, dosa dan kezaliman.

Ini merupakan penindasan yang dilakukan orang-orang salib terhadap kaum muslim, lantas apa yang diperbuat orang-orang Yahudi terhadap mereka?
Sebenarnya mereka tidak kalah kejam, tidak kalah semena-mena dan tidak kalah keji. Sejarah mereka di Palestina, bagaimana pengusiran mereka terhadap rakyat Palestina secara keseluruhan dan pembantaian mereka terhadap puluhan ribu rakyat Palestina demi mengosongkan negara tersebut untuk kepentingan orang-orang Yahudi, sebagaimana terjadi dalam peristiwa pembantaian (Dir Yasin) dan yang lainnya. Ini merupakan bukti nyata atas apa yang kami sebutkan, tapi kami tidak akan menyinggung peristiwa ini, kita akan langsung membahas pembantaian Shabra dan Syatila yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi dan sekutu mereka di Libanon, ketika terjadi serbuan Israel terhadap Libanon pada tahun 1982 M.
Saat sebagian pasukan Yahudi mengepung pasukan dari luar yang sedang berkemah, setelah mereka melihat dan menguasai situasi, sebagian pasukan yang lain bersama sekutunya masuk untuk menghabiskan lima ribu orang dalam satu kali serangan, mereka semua adalah penduduk yang tinggal di perkemahan tanpa terkecuali antara laki-laki dan perempuan, pemuda dan orang tua, dan antara anak-anak yang masih menyusui dengan anak-anak kecil lainnya, semuanya habis dibasmi dengan cara yang sangat keji, bahkan lebih keji dari binatang, peristiwa ini terjadi pada tanggal 14 September, tahun 1982. Mari kita dengarkan kesaksian salah seorang penduduk pemukiman tersebut, yang sekaligus menjadi sebagian kecil saksi mata peristiwa tersebut yang masih hidup, dia bernama Hamad Syamsh, usia 38 tahun, dalam kesaksiannya dia mengatakan: pada Ashar di hari kelabu itu, musuh yang pengecut itu muncul dari gang-gang dari segenap penjuru, manusia bangsat berdiri di atas bangunan ini, dia melambai-lambaikan tangannya menunjuk ke arah bangunan seberang ke pintu masuk pemukiman Shabra dan Syatila, pasukan bersenjata mengumpulkan semua penduduk, baik yang tua, anak-anak kecil, para wanita dan laki-laki di jalan raya,  mereka disuruh rukuk dan mereka pun rukuk, dan orang yang tidak mendapatkan tempat berdiri dengan wajah berada di dinding bangunan yang ada di depannya. Hamad menambahkan, kejadian terakhir sebelum dimulai pesta pembantaian adalah ketika tetangga kami (Abu Marhuf) memegang tas yang berisi uang sebanyak 500 Lira. Dia memohon kepada orang bersenjata yang menyita uangnya agar dibagi dua, karena dia tidak memiliki harta lagi selain itu, sebelum manusia bangsat itu menjawab, peluru mulai ditembakkan secara membabi buta. Dalam sekejap mata, ribuan korban jatuh bergelimpangan berlumuran darah, pembantaian ini diulang lagi untuk memastikan bahwa semua yang ada di tempat itu telah mati, kemudian mereka memindah semua korban, yang lebih mengerikan mereka menyembelih orang-orang yang sedang sekarat dan memecahkan kepala-kepala mereka dengan kapak baja, hingga tempat itu menjelma menjadi tempat penyembelihan.
Ketika mereka memulai melepaskan tembakan, saya melemparkan diri saya ke tanah di atas tubuh ayah dan saudara saya, pada serangan pertama mereka tidak bisa menemukan saya, tapi pada serangan kedua, mereka kembali melepaskan tembakan kepada semua orang satu persatu, saya mendapat tujuh kali tembakan, Allah menyelamatkan saya dengan jatuhnya jasad korban lain di atas tubuh saya yang kemudian menjadi penghalang tanpa memastikan apakah saya sudah mati atau belum. Saya berpura-pura mati, ketika mereka berdiri di atas kepala saya, saya menahan nafas dan tidak bergerak selama hampir sepuluh menit. Mereka menendang setiap kepala dan tubuh anak-anak serta para wanita dengan sepatu mereka secara keji dan kasar, mereka membunuh apa saja yang hidup. Barangkali saya kehilangan kesadaran beberapa saat dan beratnya jasad mayat-mayat yang bergelimpangan di atas tubuh saya yang membuat saya tidak bisa keluar dengan mudah. Salah seorang manusia bangsat itu melihat dari kejauhan dengan menggunakan keker dan saya melihat itu dengan mata kepala saya sendiri.
Pada hari ketiga dari pembantaian saya mulai bisa bergerak setelah saya singkirkan mayat ayah dan saudara saya, saya pun merayap diantara ribuan mayat untuk meminta pertolongan. Mayat-mayat itu sudah membengkak dan tidak ada jalan lain bagi saya kecuali lewat di atasnya, saya masih ingat betul ketika tangan saya menyentuh jasad salah seorang dari mereka, kulit mereka mengelupas dan nemenpel di kulit saya.
Saksi mata yang lain, Ummu Ibrahim mengatakan:
Mereka semua telanjang seperti biri-biri yang disembelih di jalanan, darah mengalir dimana-mana, orang-orang dewasa, anak-anak kecil dan para orang tua ditumpuk dalam tumpukan daging manusia, sebagian mereka disembelih dari pembuluh darah-pembuluh darahnya, sebagian yang lain terpotong-potong, kepala dan badan terpisah, sehingga kami tidak bisa lagi mengenali anak-anak kami, seperti ketika anda sedang berada di tempat jagal.
Waba’du.. ini merupakan gambaran singkat mengenai penindasan yang terjadi terhadap kaum muslim, gambaran nyata yang benar-benar terjadi dalam sejarah, yang telah kami cek dari sumber-sumbernya, bukan untuk membenarkan mengganggu ahli kitab atau merampas hak-hak mereka, tapi untuk membela kaum muslim dari kebohongan-kebohongan yang dilontarkan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab kepada kaum muslim. Justeru sebaliknya, kaum muslimlah yang mendapat penindasan dari ahli kitab, dengan cara menjelaskan perbedaan ketika pasukan Islam yang menguasai suatu penduduk yang memiliki agama lain, sebagaimana yang terjadi di Mesir dan di Baitul Maqdis, dan ketika penganut agama lain yang menguasai umat Islam, seperti yang terjadi di Kaukus dan Balkan.
Sedangkan mengenai penindasan yang dilakukan umat Kristen Romawi terhadap umat Kristen Mesir sebelum penaklukan Islam, mereka lebih tahu mengenai hal itu, ini tidak perlu dibahas terlalu lama, kita cukup mengutip apa yang disebutkan oleh pihak keuskupan bahwa: penaklukan Islam terhadap Mesir merupakan awal mula rasa aman bagi penganut agama Kristen Koptik dan akhir dari masa penindasan atas nama agama yang mereka terima pada masa pemerintahan Romawi dan yang lainnya.
Kita juga tidak akan berbicara mengenai penindasan yang dilakukan umat Katolik terhadap umat Protestan dan revolusi Protestan, juga tidak akan berbicara keputusan menyisir setiap gereja yang terjadi di Eropa pada abad pertengahan. Kita juga tidak akan membahas pembantaian yang dilakukan pasukan Serbia yang menganut agama Kristen Ortodok terhadap penduduk Kroasia yang menganut Katolik di Balkan, juga tidak akan menyinggung perang yang terjadi antara Kristen Protestan dengan Kristen Katolik di Irlandia Utara yang terjadi sampai pada masa kita sekarang ini.

Berbagai peristiwa ini tidak ada sangkut pautnya dengan kaum muslim mengenai apa yang terjadi terhadap umat Kristen walau hanya sedikit, sedangkan apa yang sebagian dari mereka lakukan terhadap sebagian yang lain sudah tidak perlu dijelaskan lagi, kemudian setelah itu sekarang datang orang yang mengatakan bahwa kaum muslim menindas orang-orang Kristen Koptik: mereka tidak mengatakan kecuali kebohongan (Qs. Al-Kahfi: 5).

Senin, 08 Juli 2013

Membantah Tuduhan Mereka


Setelah membeberkan gambaran toleransi umat Islam yang sangat mengagumkan dalam berinteraksi dengan pihak lain, sehingga bisa membungkam mulut orang-orang yang telah lancang mengatakan bahwa Islam mendorong atau menyuruh menindas orang lain yang tidak seagama, dalam bagian ini kami akan memaparkan gambaran yang dimuat Al-Quran dan disebutkan dalam Hadis, penindasan yang sebenarnya yang terjadi terhadap orang-orang Kristen ketika mereka masih memeluk agama yang benar, yaitu gambaran penindasan terhadap ahli kitab dan orang-orang shaleh sebelum diutusnya Nabi Muhammad Saw.

Diriwayatkan dari Shuhaib bahwa Rasulullah bersabda, “Ada salah seorang raja sebelum kalian, dia memiliki seorang tukang sihir. Ketika si tukang sihir sudah tua dia berkata kepada sang raja: saya sudah tua, maka kirimkan kepadaku anak kecil untuk diajari sihir. Di jalan menuju ke rumahnya, lewatlah seorang pendeta yang kemudian mampir dan mendengar kata-katanya. Si pendeta mengaguminya, ketika si tukang sihir melewati tempatnya si rahib dia mampir juga, di saat anak kecil ini mendatangi tukang sihir dia dipukul, si anak kecil mengadu kepada si pendeta yang kemudian memberinya nasihat: jika kamu takut pada tukang sihir katakan saya ditahan keluarga saya, dan jika kamu takut pada keluargamu, maka jawablah saya ditahan tukang sihir, dalam pada itu tiba-tiba datang binatang besar yang telah menahan penduduk setempat, anak kecil itu berkata: hari ini saya ingin tahu, apakah tukang sihir itu yang lebih baik atau si pendeta, lalu dia mengambil batu sambil berdoa: ya Allah jika si pendeta lebih Engkau cintai daripada si tukang sihir, maka bunuhlah binatang besar ini sehingga penduduk kampung bisa terbebas. Anak kecil itu melemparkan batu yang ada di tangannya dan binatang tersebut pun mati. Orang-orang kampung berhamburan melepaskan diri dari binatang besar. Anak kecil itu mendatangi si pendeta dan menceritakan hal tersebut. Si pendeta berkata: anakku, sekarang kamu lebih baik dari saya. Kamu telah mencapai tingkatan yang lebih tinggi. Kamu nanti akan diberi cobaan dan ketika kamu diberi cobaan jangan bawa-bawa nama saya. Anak kecil itu sudah mampu menyembuhkan penyakit buta dan lepra dan mengobati penduduk kampung dari berbagai macam penyakit. Salah seorang anggota majelis raja yang buta mendengar hal itu. Dia pun membawa berbagai macam hadiah seraya berkata: ini semua akan menjadi milik Anda jika bisa menyembuhkan saya. Anak kecil itu menjawab: saya tidak bisa menyembuhkan siapa pun, karena yang menyebuhkan hanya Allah Swt. Jika kamu beriman kepada Allah, maka saya akan mendoakanmu sampai Allah menyembuhkanmu. Orang tersebut beriman kepada Allah dan Allah pun menyembuhkannya. Orang itu menghadiri majelis raja sebagaimana biasanya, sang raja bertanya kepadanya: siapa yang mengembalikan penglihatanmu? Orang itu menjawab: Tuhanku. Sang Raja bertanya: apakah kamu punya Tuhan selain saya? Orang itu menjawab: Tuhan saya dan Tuhanmu adalah Allah. Orang itu ditangkap dan terus disiksa sampai memberi tahu tentang anak kecil yang menyembuhkannya. Dipanggillah si anak kecil. Sang raja bertanya: anakku! Sihirmu telah mampu menyembuhkan orang buta dan penyakit lepra, kamu juga bisa ini dan itu. Anak kecil itu menjawab: saya tidak bisa menyembuhkan apa-apa. Yang bisa menyembuhkan adalah Allah Swt. Anak kecil itupun ditangkap dan disiksa terus menerus sampai dia memberi tahu tentang si pendeta. Didatangkanlah si pendeta dan di atas belahan kepalanya disediakan gergaji, kemudian dibelahlah sampai tubuhnya terbelah dua. Setelah itu didatangkanlah anggota majelis raja, dikatakan kepadanya: kembalilah (bertaubatlah) dari agamamu, orang itu menolak. Lalu diletakkanlah gergaji di atas belahan kepalanya dan dibelahlah tubuhnya hingga terbelah menjadi dua. Kemudian turun perintah untuk mendatangkan si anak kecil. Setelah itu dikatakan padanya: kembalilah (bertaubatlah) dari agamamu. Tapi anak itu menolak. Lalu dia diserahkan pada beberapa orang pengawalnya seraya berkata: bawalah anak ini ke atas gunung, jika sudah sampai di puncaknya, beri dia pilihan, mau bertaubat atau akan kalian lempar ke bawah. Para pengawal tersebut membawa si anak kecil ke atas gunung. Sesampainya di sana, si anak kecil berdoa: ya Allah perlakukan mereka sesuai kehendak-Mu, tiba-tiba gunung bergoncang dan para pengawal itu jatuh ke bawah, sedangkan si anak kecil kembali ke hadapan raja dengan berjalan kaki. Sang raja bertanya kepadanya: apa yang terjadi terhadap para pengawalmu? Si anak kecil menjawab: Allah telah menunjukkan kekuasaan-Nya kepada mereka. Sang raja menyerahkan anak kecil itu ke pengawal yang lain seraya berkata: bawalah anak kecil ini ke laut, beri dia pilihan, bertaubat atau dilempar ke laut. Para pengawal itu pun membawa si anak kecil. Sesampainya di sana si anak kecil berdoa: ya Allah perlakukan mereka sesuai kehendak-Mu. Tiba-tiba kapal menjadi oleng dan para pengawal itu tenggelam semua. Sedangkan si anak kecil kembali ke hadapan raja dengan berjalan kaki. sang raja bertanya kepadanya: apa yang terjadi terhadap para pengawalmu? Si anak kecil menjawab: Allah telah menunjukkan kekuasaan-Nya kepada mereka. Anak itu kemudian memberi tahu sang raja: kamu tidak akan bisa membunuh saya sampai kamu melakukan apa yang saya perintahkan. Sang raja bertanya: apa itu? Si anak kecil berkata: kumpulkan semua orang di suatu tempat. Saliblah saya di batang pohon. Ambillah anak panah dari kantong anak panah saya, letakkan anak panah itu di busurnya, lalu ucapkan: dengan menyebut nama Allah, Tuhan si anak kecil, setelah itu panahlah saya, maka jika kamu melakukan itu kamu akan bisa membunuh saya. Dipanahlah anak kecil itu dengan anak panah yang meluncur tepat mengenai pelipisnya, anak kecil itu meletakkan tangannya di pelipisnya dan dia pun menghembuskan nafas yang terakhir. Orang-orang yang menyaksikan hal itu berkata: kami semua beriman kepada Tuhan si anak kecil, kami semua beriman kepada Tuhan si anak kecil, kami semua beriman kepada Tuhan si anak kecil. Setelah itu datang seseorang kepada sang raja yang mengatakan: sudah lihatkah Anda akan apa yang Anda takutkan, sungguh demi Allah apa yang Anda takutkan telah terjadi, orang-orang telah beriman. Sang raja memerintahkan untuk membuat lobang besar yang di dalamnya diisi kayu bakar, setelah itu dinyalakanlah api, sang raja memerintahkan: siapa saja yang tidak mau kembali ke agamanya maka lemparkanlah ke dalamnya, atau mengatakan pangganglah, para pengawalnya pun melakukan perintah tersebut, hingga datanglah seorang perempuan bersama anaknya yang masih kecil, perempuan tersebut mundur karena takut, tapi bayi yang masih kecil itu berkata kepadanya: ibu, bersabarlah, sesungguhnya Anda berada dalam kebenaran” (HR. Muslim).