1. Mempercayai
para Nabi mereka dan menghormati para pendahulu mereka yang beriman..
Diantara
salah satu rukun iman dalam agama kita sebagai umat Islam adalah mempercayai
semua utusan, sebagaimana firman Allah Swt: akan tetapi sesungguhnya kebajikan
itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab,
para nabi (Qs. Al-Baqarah: 177). Dalam Hadis shahih juga diterangkan ketika
Jibril bertanya kepada Rasulullah Saw tentang iman, dan beliau menjawab: kamu
harus percaya kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
utusan-tutusan-Nya, hari akhir (kiamat) dan harus percaya terhadap
ketentuan-ketentuan Allah yang baik maupun yang buruk. Dan barang siapa
yang tidak percaya kepada salah seorang utusan Allah maka dia telah kafir dan
keluar dari agama Islam, sebagaimana firman Allah Swt: sesungguhnya
orang-orang yang kafir kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya dan bermaksud
membedakan antara keimanan kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dengan mengatakan: kami
beriman terhadap yang sebagian dan kami kufur terhadap sebagian yang lain,
serta bermaksud dengan perkataan itu mengambil jalan tengah diantara yang
demikian (iman dan kafir). Merekalah orang-orang kafir yang sebenarnya (Qs.
An-Nisa’: 150-151).
Tidak
sempurna iman seorang muslim sampai dia beriman kepada Musa bin Imran, kepada
Isa bin Maryam dan kepada para utusan-utusan lain selain keduanya, dari para Nabi
bani Israel, yang diantara mereka adalah Yusuf, Zakariya, Yahya, Daud, Sulaiman
dan para Nabi yang lain, kemudian beriman dengan apa yang mereka bawa dari
Allah terhadap umat mereka, sebelum diubah dan diganti oleh tangan-tangan para
pembelot. Kita juga harus beriman bahwa Musa dan Isa termasuk Nabi-nabi ulul
azmi yang disebutkan dalam firman Allah Swt: dan ingatlah ketika Kami
mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu sendiri, dari Nuh, Ibrahim,
Musa dan Isa putera Maryam (Qs. Al-Ahzab: 7). Al-Quran juga memuji dan
menyebutkan keutamaan-keutamaan Nabi Musa dan Nabi Isa yang diketahui baik oleh
para intelektual maupun orang-orang awam, bahkan dalam Al-Quran ada surat yang
bernama surat Maryam yang berisi tentang pujian kepada beliau dan penghormatan
kepada beliau yang sebenarnya tidak semua orang bisa mendapatkan keistimewaan
seperti ini. Demikian juga dengan sanjungan atau pujian kepada anaknya Isa
puteranya, seorang hamba sekaligus utusan Allah. Surat itu pula yang dibacakan
Abdullah bin Abi Thalib kepada Raja Najasyi, raja Habasyah yang beragama
Kristen dan bersikap adil terhadap rakyatnya, raja tersebut menangis sampai air
matanya membasahi jenggotnya, dia bersumpah bahwa Isa tidak menambah sesuatu pun
sebagaimana yang terdapat dalam surat tersebut, sehingga para pendeta yang ada
di sampingnya mendengus marah atas hal ini, karena mereka berkata bahwa Isa
adalah anak Allah, maka Raja Najasyi berteriak kepada para pendeta itu: awas
jika kalian mendengus…, awas jika kalian mendengus…, awas jika kalian
mendengus, lalu dia menyambut dan memuliakan para sahabat Nabi Saw, membebaskan
mereka tinggal di negerinya, menjaga mereka dan menolak menyerahkan mereka
kepada utusan Quraisy yang datang ke sana untuk meminta agar dia mengembalikan
mereka.
Allah
berfirman mengenai Raja Najasyi: sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang
paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang
Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat
persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata:
sesungguhnya kami ini orang Kristen. Yang demikian itu disebabkan karena
diantara mereka itu (orang-orang Kristen) terdapat pendeta-pendeta dan
rahib-rahib, juga karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri (Qs.
Al-Maidah: 82). Ketika Raja Najasyi meninggal dunia, Nabi berbela sungkawa dan
menyampaikan hal itu kepada para sahabat, lalu beliau melakukan shalat ghaib di
Madinah karena raja tersebut mati dalam keadaan Islam. Sedangkan di Habasyah
tidak ada seorang pun yang menyalatinya karena mereka semua masih memeluk agama
Kristen dan para sahabat Rasulullah yang pernah hijrah ke sana telah kembali ke
Madinah sebelum itu.
Sungguh
ini semua sangat berbeda dengan apa yang dikatakan oleh orang-orang Yahudi
(musuh Allah dan para rasul-Nya) tentang Isa bin Maryam dan ibunya, dan sungguh
sangat berbeda ini semua dengan apa yang dilakukan orang-orang Yahudi terhadap
puluhan bahkan ratusan rasul, sebagaimana firman Allah: apakah setiap datang
kepada kalian seorang rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai
dengan keinginan kalian, lalu kalian angkuh, maka beberapa orang diantara
mereka kalian dustakan dan beberapa orang yang lain kalian bunuh (Qs. Al-Baqarah:
87). Bahkan bagaimana dengan kita umat Islam dan para ahli kitab di zaman
sekarang ini, padahal kita tidak masuk ke agama dan keyakinan mereka yang telah
diubah hanya karena tidak percaya terhadap Nabi Muhammad Saw dan keyakinan
bahwa Al-Quran adalah sabdanya dan bukan dari Allah Swt sebagaimana yang
dikatakan oleh orang-orang yang zalim dan sombong? Nabi kita sendiri
mengajarkan kita bahwa kitalah yang lebih berhak terhadap Nabi Musa dan Isa
daripada para ahli kitab, sebagaimana dijelaskan dalam Hadis bahwa ketika Nabi
sampai di Madinah beliau mendengar bahwa mereka sedang puasa pada tanggal
sepuluh Muharram (Asyura), beliau bertanya tentang hal itu dan mereka memberi
tahunya bahwa hari itu adalah hari dimana Allah menyelamatkan Nabi Musa dari
pasukan Fir’aun musuh Allah. Nabi kemudian bersabda: kita lebih berhak atas
Nabi Musa As daripada mereka, lalu Nabi berpuasa pada hari itu dan para
sahabat juga mengikuti beliau, setelah itu beliau memberi tahu jika saja beliau
hidup sampai tahun berikutnya beliau akan berpuasa lebih (tanggal 9 Muharram).
Bahkan
Nabi Saw kita tidak mau ada orang yang lebih mengutamakannya daripada Nabi
Musa. Dalam Hadis shahih yang diriwayatkan dari Abu Hurairah Ra yang
mengatakan: ada seorang mukmin dan seorang Yahudi yang saling menghina, orang
mukmin berkata: demi Dzat yang memilih Muhammad Saw atas semua penduduk dunia
(salah satu jenis sumpah yang diucapkannya), kemudian orang Yahudi membalasanya:
demi Dzat yang memilih Musa atas semua penduduk bumi. Mendengar itu orang
mukmin tadi mengangkat tangannya dan menempeleng si Yahudi. Orang Yahudi
tersebut mengadukan hal itu kepada Rasulullah dan Rasulullah Saw bersabda: jangan
mengutamakan saya dari Musa, karena ketika semua manusia jatuh pingsan (pada hari
kiamat) sayalah orang pertama yang dibangkitkan, tapi saya melihat Musa berdiri
tegak di samping Arsy, saya tidak tahu apakah dia juga jatuh pingsan dan
dibangkitkan sebelum saya atau termasuk orang yang dikecualikan oleh Allah.
Ulama
berkata: Rasulullah Saw mengatakan itu karena tawadhu’, sebab kalau tidak, beliau sudah tahu jika beliau
merupakan manusia terbaik, sebagaimana disebutkan dalam Hadis shahih: saya
merupakan pemimpin (manusia terbaik) bani Adam pada hari kiamat. Tapi Nabi Saw
mencegah seseorang lebih mengutamakan siapa pun atas Nabi Musa agar tidak ada
orang yang lancang apalagi sampai mengurangi posisi Nabi Musa As. Sedangkan
kita dengan rasa iman kita terhadap Nabi Musa dan Nabi Isa serta para nabi yang
lain, kita tidak berlebihan dalam hal itu. Kita juga tidak sampai memposisikan
salah seorang dari mereka sebagai Tuhan atau anak Tuhan atau sekutu Tuhan, kita
mengikuti para sahabat Nabi yang mulia dan orang-orang mukmin klasik yang tidak
kufur dan tidak syirik terhadap Allah. Kita semua mencintai mereka dan memuji
mereka. Dalam Al-Quran sendiri disebutkan tentang keutamaan mereka sebagaimana
firman Allah tentang sahabat-sahabat Isa: maka tatkala Isa mengetahui
keingkaran mereka (Bani Israel) berkatalah dia: Siapakah yang akan menjadi
penolong-penolongku untuk menegakkan agama Allah? Para sahabat-sahabat setia
menjawab: kamilah penolong-penolong agama Allah (Qs. Ali Imran: 52). Bahkan
dalam Al-Quran dan sunnah disebutkan untuk mengabadikan golongan ahli kitab
yang beriman (mereka adalah orang-orang Kristen) dan tidak menyebut
sahabat-sahabat Isa as dan para pengikut sedianya, mereka adalah sekolompok
orang-orang beriman yang dibunuh oleh salah seorang raja kafir dalam kisah yang
sangat menyedihkan yang diceritakan oleh Rasulul Saw. Allah menyebut mereka
dalam surat al-Buruj, memuji dan memuliakan mereka dengan pujian dan kemuliaan
yang terbaik, serta menghina orang-orang yang mengancam dan membunuh mereka,
menjadikan kisah mereka sebagai penghibur bagi orang-orang beriman yang ada di
Mekah atas siksaan, penindasan yang menimpa mereka yang dilakukan oleh
orang-orang kafir dan para diktator mereka, kisah mereka ini akan terus dibaca
sampai hari kiamat yang akan diambil sebagai pelajaran oleh orang-orang mukmin.
Dalam Hadis juga disebutkan tentang kisah dan keutamaan orang-orang Kristen
yang shaleh, jika dibandingkan, dimana ini semua dari apa yang dikatakan para
ahli kitab tentang para sahabat Nabi Muhammad Saw dan orang-orang Islam yang
saleh?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar